Laman

POLA ASUH YANG OTORITER MENGHAMBAT KREATIFITAS ANAK

BAB I

PENDAHULUAN

Kemajuan suatu bangsa sangat tergantung pada rakyat yang memiliki ide dan kemampuan berfikir kreatif. Kemampuan kreatif ini dapat tumbuh dan berkembang sejak dini, karena akan mempengaruhi kemampuan individu di masa yang akan datang. Berkembang atau tidaknya kreativitas anak tergantung pada lingkungan terdekat. Dan pada pola asuh orang tuanya. Apakah orang tuanya mendidik anak dengan cara sesuai dengan karakteristik anak dan apakah lingkungan memberi kesempatan atau menghambat kreativitas anak.

Pada usia 4-6 tahun rasa penasaran anak tumbuh dan pada umumnya anak memiliki potensi yang berbeda-beda. Potensi anak tersebut salah satunya adalah potensi kreatif. Potensi ini dapat tumbuh dan berkembang sejak dini, misalnya anak senang melakukan dan mencoba hal-hal yang baru, memiliki daya imajinatif, spontanitas, keterbukaan dalam sikap. Jika orang tua mampu mengembangkan dan mendorong minat dan bakat anak, maka anak akan tumbuh kemampuan berfikir kreatif anak. Oleh karena itu orang itu merupakan unsur terdekat dari kehidupan anak untuk mengembangkan kreativitas anak.

Akan tetapi orang tua dalam mendidik anak kadang keliru lebih bersifat otoriter dalam mendidik anaknya. Mereka ingin menuruti kehendaknya atau peraturannya sendiri. Tidak memikirkan keinginan dan bakat anak. Dalam pengasuhan yang otoriter orang tua berkeinginan agar anaknya menjadi penurut, tertib dan tidak melawan. Akibatnya anak tidak mempunyai inisiatif, tidak pernah kreatif dan takut salah. Anak tidak banyak kemauan dan menerima apa adanya, bahkan anak sering merasa tertekan, akhirnya tidak mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara wajar. Apalagi kalau sering disalahkan dan dimarahi oleh orang tuanya. Akibat yang lain, anak menjadi penakut dan mempunyai rasa rendah diri dan anak akan terhambat daya kreatifitasnya.

Oleh karena itu dalam mendidik anak sebaiknya orang tua tidak bersifat otoriter, hendaknya orang tua berupaya memberikan dukungan dan memfasilitasi bakat kreatif anak, agar anak menyukai dan menikmati kegiatan bersifat imajinatif dan kreatif. Dalam kegiatan kreatif ini tentunya orang tua harus bersama-sama dengan anak, melakukan hal-hal secara aktif supaya anak mengenal kegiatan kreatif, dengan cara memberikan pengarahan dan dukungan dan tetap memperhatikan kebebasan anak untuk menuangkan ekspresi diri mengembangkan bakat dan minatnya. Agar anak tidak terhambat kreatifitasnya. Sehingga anak akan tumbuh dan berkembang daya kreatifitasnya secara optimal.

BAB III

HASIL OBSERVASI

Pada saat saya mengamati bibi saya sendiri, bagaimana cara mendidik anaknya, ia dalam cara mendidik anak-anaknya lebih kepada tekanan dengan peraturan diri sendiri. Dalam cara pengasuhan atau mendidik anaknya berciri keras, disiplin yang tinggi dan cenderung otoriter. Ia berkeinginan agar anaknya menjadi penurut, terrib dan tidak melawan. Pola ini yang bersifat tradisional berdasarkan adapt istiadat dan menurut ajaran agama, yang ditanamkan oleh orang tua dahulu dan ditanamkan kembali kepada anaknya. Padahal cara mendidik yang seperti ini akan berdampak negatif pada anak. Akibatnya anak mempunyai inisiatif, tidak pernah kreatif.

Kalau kita ketahui bahwa anak usia prasekolah adalah individu yang sedang menjalani suatu proses pertumbuhan dan perkembangan sangat pesat dan sangat fundamental bagi proses perkembangan selanjutnya. Usia prasekolah merupakan fase kehidupan manusia yang mempunyai keunikan dan dunia tersendiri. Anak usia 4-6 tahun rasa ingin tahu dan sikap antusias yang kuat terhadap segala sesuatu merupakan ciri yang menonjol. Ia memiliki sikap berpetualang yang begitu kuat. Ia akan banyak memperhatikan pembicaraan, atau bertanya tentang berbagai hal yang sempaat dilihat atau didengarnya. Secara khususm anak pada usia ini juga memiliki keinginan yang kuat untuk lebih mengenal tubuhnya sendiri, ia senang dengan nyanyian, permainan, dan rekaman yang membantunya untuk lebih mengenal tubuhnya itu. Berkenaan dengan pertumbuhan fisik, anak usia ini masih perlu aktif melakukan berbagai aktivitas. Kebutuhan anak untuk melakukan berbagai aktivitas ini sangat diperlukan baik bagi pengembangan otot-otot kecil maupun oto-otot besar. Pengembangan otot-otot kecil ini terutama diperlukan anak untuk menguasai keterampilan-keterampilan dasar akademik, seperti untuk belajar menggambar dan menulis.

Dengan demikian cara mendidik yang ditanamkan oleh orang tua yang bersifat otoriter tersebut sangat menekan daya kreatif anak, contohnya pada saat saya mengobservasi bibi saya tadi. Ia lebih cenderung kepada anaknya dengan peraturan sendiri. Ada anaknya yang berusia 4 tahun, dia senang bermain/bereksplorasi dengan menjelajahi lingkungannya sendiri sambil bermain membawa bahan permainan dari alam. Seperti pelepah pisang dan daun-daunan. Namun orang tuanya malah memarahinya dengan alasan mengapa membawa sampah ke rumah, padahal anaknya dengan membawa bahan dari alam dia akan membuat alat permainan yang diciptakannya sendiri, yang mencontoh kepada permainan yang ada di pasaran, seperti pistol, kaca mata dan katanya mau membuat kekeretaan. Akibatnya anak tidak banyak kemauan dan menerima apa adanya, bahkan anak sering merasa tertekan, akhirnya anaka tidak mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara wajar. Apalagi kalau anak sering disalahkan dan dimarahi oleh orang tuanya. Anak akan tertekan dan daya kreatifitas anak pun tidak akan berkembang sesuai dengan minat dan bakaatnya.

Untuk mengembangkan kreatifitas anak sebaiknya orang tua memahami dan mendukung minat dan bakat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Untuk mengetahui daya kreatif anak sebaiknya orang tua memahami dahulu tentang pengertian kreativitas. Kreativitas merupakan ungkapan unik dari keseluruhan kepribadian sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya yang tercermin dalam pemikirannya, perasaan sikap atau perilakunya. Anak kreatif itu harus bisa menghasilkan sesuatu, baik berupa ide maupun gagasan, maupun benda dari hasil pemikiran yang dengan sengaja bukan secara kebetulan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dari yang sudah ada menjadi sesuatu yang baru yang lebih baik lagi. Tetapi dalam pembuatan atau penciptaan yang baru harus didasari dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya dan asimilasi lama ke situasi baru, sehingga dapat menimbulkan hasil yang baru juga.

Dari hasil pengamatan tadi bahwa orang tua yang berkehendak untuk peraturannya ditaati oleh anak-anaknya, maka secara tidak langsung orang tua tersebut menghambat daya kreatifitas anak. orang tua yang saya amati adalah berkeinginan agar anaknya disiplin dan tidak melawan. Pasti semua orang tua berkeinginan seperti itu. Akan tetapu orang tua/bibi saya tadi dalam mendidik anak selalu bersifat otoriter kepada anaknya dan selalu melarang anaknya untuk bermain sambil kotor-kotoran, bermain tanah, bermain pasir dan lain-lain. orang tua Itu pun atau orang tua yang saya observasi dalam mendidik anak ia kalau anak-anak melawan, ia selalu memberi hukuman pada anaknya dengan cara memukul, tidak memberi jajan. Padahal yang dipikir dalam logika anak-anak seusia mereka wajar dalam melakukan kegiatan seperti itu, karena seusia mereka merupakan masanya untuk bermain. Sebaiknya kita sebagai orang tua tidak boleh sering melarang anak-anak bermain atau berkreasi kalau itu masih di batas wajar. Hendaknya kita sebagai orang tua memberikan sarana dan prasarana kepada anak serta dukungan dan perlindungan kepada anak. Agar anak tidak tertekan rasa kemandiriannya, rasa keatifnya untuk mencurahkan minat dan bakat anak. Orang tua yang bersifat otoriter tersebut tidak hanya berkeinginan menuruti kehendaknya saja, akan tetapi tidak memikirkan anaknya yang mempunyai bakat dan minat yangh kreatif. Sehingga orang tua tersebut tidak mendidik anaknya untuk bebas memilih apa yang dinginkan anaknya.

BAB II

ANALISIS

Berdasarkan hasil observasi di atas maka dapat dianalisis bahwa Orang tua Yang bersifat otoriter berkeinginan/berciri keras, disiplin yang tinggi bertujuan agar anaknya menjadi penurut, tertib dan tidak melawan. Pola asuh seperti ini sangat menekan pada daya imajinatif atau daya kreatif anak. Orang tua yang cara pengasuhan yang selalu ingin mengikuti kehendaknya saja tidak memikirkan anaknya yang mempunyai bakat dan minat yang tinggi dan agar tumbuh dan berkembang secara wajaar. Semestinya orang tua harus memikirkan anak-anaknya supaya anak menjadi kreatif sesuai dengan bakatnya. Akan tetapi orang tua yang saya observasi tidak memikirkan potensi dan bakat anak. Malah mereka selalu memarahi anak-anaknya bila anaknya melawan dan bermain sesuai dengan keinginannya. Dengan sering dimarahi oleh orang tua anak akan terhambat daya kreatifnya dan anak kebanyakan terdiam dan tidak banya kemauan menerima apa adanya.

Harusnya Orang tua memahami karakteristik anak-anaknya bila mereka senang bermain dengan cara menjelajahi lingkungan/bereksplorasi, orang tua harus memberikan dukungan dan bimbingan agar anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan kecerdasannya yang mereka miliki sesuai tahap usianya. Hal seperti itu akan menjadikan anak menjadi terarah potensinya dan anak akan lebih leuasa dalam mengembangkan kreatifitasnya. Sehingga dengan secara tidak langsung anak akan lebih kreatid dan inovatif dalam melangkah ke hal yang diinginkannya, tidak selalu anak dimarahi dan harus menuruti kehendak Orang tua saja. Mereka pun memiliki hak untuk mengeluarkan pendapat sendiri untuk menjadi manusia yang berkualitas.

Dengan demikian pola asuh yang otoriter akan sangat menghambat daya kreatifitas anak. Karena anak selalu ditekan dan dimarahi bila mereka mempunyai ide dan pendapat. Padahal ide dan pendapat mereka merupakan ungkapan yang ada pada diri anak untuk menjadi anak yang mempunyai hal-hal yang baru dan menciptakan hal yang baru pula. Anak usia pra sekolah merupakan individu yang unik. Mereka mempunyai kehidupan fantasi yang kaya dan menuntut lebih banyak kemandirian. Seharusnya Orang tua mengerti tahap perkembangan seperti itu agar mereka tidak selalu menekan dan memarahi anaknya.pola asuh Orang tua yang saya amati merupakan pola asuh yang bersifat otoriter. Mereka berpendapat bahwa dengan pola asuh seperti itu akan menjadikan anaknya berakhlak mulia dan menjadi anak yang penurut dan tidak melawan. Padahal dengan cara mendidik yang mereka tanamkan itu akan berdampak negatif pada anaknya. Sehingga anak-anaknya tidak bebas dalam bertindak dan berpendapat. Dengan demikian anak akan menjadi tidak kreatid dalam memecahkan segala permasalahan yang terjadi.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pernyataan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pola asuh yang bersifat otoriter akan menghambat kreatfitas anak. Anak tidak diberikan kebebasan dalam memilih dan mengeluarkan pendapatnya. Sehingga anak tidak kreatif. Mereka lebih tertekan dan harus mengikuti peraturan yang sudah dibuat oleh orang tuanya. Dengan tidak langsung anak akan terhambat daya kreatifitasnya dan anak sering merasa rendah diri di hadapan teman-temannya, karena akan lebih bersifat diam kalau berdiskusi dengan temannya.

Pola asuh seperti itu hendaknya jangan ditanamkan oleh orang tua, orang tua sebaiknya memberikan banyak kebebasan kepada anak untuk memilih suatu kegiatan yang bersifat membangun bagi anak. Orang tua harus memfasilitasi dan membimbing anak-anaknya agar anak mempunyai potensi yang baik untuk dirinya di masa depan. Tetapi pada kenyataannya pola asuh yang ditanamkan oleh bibi saya tadi tidak membangun anak kearah yang lebih baik. Mereka malah sering melarang anak-anaknya untuk melakukan hal-hal yang baru dan mereka lebih sering memarahi anaknya kalau anaknya melawan.

Pola asuh yang ditanamkan oleh bibi saya merupakan pola asuh yang bersifat otoriter, mereka dalam pengasuhan berciri khas keras disiplin yang tinggi, agar anaknya menjadi penurut, tertib dan tidak melawan. Pola asuh ini mereka dapat dari orang tuanya sendiri dan ada yang bersifat tradisional berdasarkan adapt istiadat dan agama. Mereka menanamkan pola asuh ini meniru pola asuh yang ditanamkan oleh orang tuanya. Sehingga mereka tanamkan kembali kepada anak-anaknya. Akibatnya anak mempunyai inisiatif, tidak pernah kreatif dan takut salah dalam melakukan kegiatan dan mengeluarkan pendapat. Anak tidak banyak kemauan dan menerima apa adanya, bahkan sering merasa tertekan, akhirnya anak tidak mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara wajar. Apalagi kalau sering disalahkan dan dimarahi oleh orang tuanya. Akibat yang lain anak menjadi penakut dan mempunyai rasa rendah diri. Sebaiknya orang tua harus bersifat terbuka kepada anak-anaknya, agar anak menjadi bebas dalam melakukan segala kegiatan. Untuk itu orang tua harus memahami bakat dan minat anaknya agar anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya dan anak akan menjadi anak yang kreatif.

B. SARAN

Berkaitan dengan uraian mengenai pola asuh otoriter akan menghambat kreatifitas pada anak, berikut ini adalah hal-hal yang harus diterapkan dan dilaksanakan oleh orang tua diantaranya ialah :

1. Orang tua dapat menciptakan situasi dan lingkungan keluarga yang penuh kehangatan dan kasih sayang.

2. Orang tua memberikan kesempatan untuk menjalin komunikasi dan diskusi dengan anak.

3. Orang tua memberikan dukungan dan rangsangan untuk membangun pengembangan kreatifitas anak.

4. Orang tua sebaiknya memperlakukan anak sesuai dengan tingkat usia dan karakteristiknya.

5. Orang tua memberikan kesempatan pada anak untuk mengambil keputusan sendiri dan mendorong anak secara mandiri.

No comments:

Post a Comment