BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh
sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa,
perkakas, pakaian,
bangunan,
dan karya seni. Bahasa, sebagaimana
juga budaya,
merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang
cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha
berkomunikasi
dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya,
membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh.
budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut
menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan
meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa alasan mengapa orang mengalami
kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam
definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang
dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya
sendiri."Citra yang memaksa" itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam
berbagai budaya seperti "individualisme kasar" di Amerika,
"keselarasan individu dengan alam" d Jepang dan "kepatuhan kolektif" di Cina. Citra budaya yang
brsifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai
perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna
dan nilai logis
yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh
rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan demikian, budayalah yang menyediakan
suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan
memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan
masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa
segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang
dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai
sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang
kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink,
kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu
pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan
lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang
menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan
merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan
lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman
Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat
diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi
tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam
pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat
abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan
oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda
yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup,
organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk
membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
2.2
Unsur-Unsur Kebudayaan
1.
Melville J. Herskovits
menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
o
Alat-alat teknologi
o
Sistem ekonomi
o
Keluarga
o
Kekuasaan politik
2.
Bronislaw Malinowski mengatakan
ada 4 unsur pokok yang meliputi:
o
sistem norma sosial yang
memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri
dengan alam sekelilingnya
o
organisasi ekonomi
o
alat-alat dan lembaga-lembaga
atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan
utama)
o
organisasi kekuatan (politik)
2.3
Wujud dan komponen
a. Wujud
Menurut
J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan
dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.
·
Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk
kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma,
peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak
dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala
atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan
gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu
berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat
tersebut.
·
Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan
berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan
sistem sosial. Sistem sosial ini
terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi,
mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya
menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan
sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
·
Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,
perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau
hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling
konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.
Dalam
kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa
dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan
ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak)
manusia.
b. Komponen
Berdasarkan
wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama:
·
Kebudayaan material
Kebudayaan material mengacu pada
semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan
material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian
arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan
material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang,
stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
·
Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang
diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat,
dan lagu atau tarian tradisional.
2.4
Teknologi merupakan salah satu komponen kebudayaan.
Teknologi
menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala
peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia
mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan,
atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian.
Masyarakat
kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian
paling sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut juga
sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik), yaitu:
·
alat-alat produktif
·
senjata
·
wadah
·
alat-alat menyalakan api
·
makanan
·
pakaian
·
tempat berlindung dan perumahan
·
alat-alat transportasi
a.
Sistem Mata Pencaharian Hidup
Perhatian
para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini terfokus pada masalah-masalah
mata pencaharian tradisional saja, di antaranya:
·
berburu dan
meramu
·
beternak
·
bercocok tanam di ladang
·
menangkap ikan
b.
Sistem Kekerabatan dan Organisasi
Sosial
Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam
struktur sosial. Meyer Fortes mengemukakan
bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur
sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri
dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan.
Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik,
paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Dalam kajian sosiologi-antropologi,
ada beberapa macam kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya relatif kecil
hingga besar seperti keluarga ambilineal, klan, fatri, dan paroh masyarakat. Di
masyarakat umum kita juga mengenal kelompok kekerabatan lain seperti keluarga
inti, keluarga luas, keluarga bilateral, dan
keluarga unilateral.
Sementara itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang
dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi
sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang
selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi
sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai
sendiri.
c.
Bahasa
Bahasa adalah alat atau
perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi
atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat),
dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau
orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat
istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan
dirinya dengan segala bentuk masyarakat.
Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi
umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk
berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi
dan adaptasi
sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan
dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra),
mempelajari naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu
pengetahuan dan teknologi.
d.
Kesenian
Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari
ekspresi hasrat manusia
akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi,
manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga
perwujudan kesenian yang kompleks.
e.
Sistem Kepercayaan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Agama
Agama dan sistem kepercayaan lainnya seringkali terintegrasi dengan
kebudayaan. Agama (bahasa Inggris: Religion, yang berasar dari bahasa
Latin religare, yang berarti "menambatkan"), adalah sebuah
unsur kebudayaan yang penting dalam sejarah umat manusia. Dictionary of
Philosophy and Religion (Kamus Filosofi dan Agama) mendefinisikan Agama
sebagai berikut:
... sebuah institusi dengan keanggotaan yang diakui dan biasa
berkumpul bersama untuk beribadah, dan menerima sebuah paket doktrin yang
menawarkan hal yang terkait dengan sikap yang harus diambil oleh individu untuk
mendapatkan kebahagiaan sejati.
Agama biasanya memiliki suatu prinsip, seperti "10 Firman"
dalam agama Kristen atau "5 rukun Islam" dalam agama Islam.
Kadang-kadang agama dilibatkan dalam sistem pemerintahan, seperti misalnya
dalam sistem teokrasi.
Agama juga mempengaruhi kesenian.
1.
Agama Samawi
Tiga agama besar, Yahudi, Kristen dan Islam, sering dikelompokkan
sebagai agama
Samawi[4]
atau agama Abrahamik.[5]
Ketiga agama tersebut memiliki sejumlah tradisi yang sama namun juga
perbedaan-perbedaan yang mendasar dalam inti ajarannya. Ketiganya telah
memberikan pengaruh yang besar dalam kebudayaan manusia di berbagai belahan
dunia.
Yahudi adalah salah satu agama, yang jika tidak
disebut sebagai yang pertama, adalah agama monotheistik
dan salah satu agama tertua yang masih ada sampai sekarang. Terdapat
nilai-nilai dan sejarah umat Yahudi yang juga direferensikan dalam agama Abrahamik lainnya,
seperti Kristen
dan Islam. Saat
ini umat Yahudi berjumlah lebih dari 13 juta jiwa.
Kristen
(Protestan
dan Katolik)
adalah agama yang banyak mengubah wajah kebudayaan Eropa dalam 1.700 tahun
terakhir. Pemikiran para filsuf modern pun banyak terpengaruh oleh para filsuf Kristen semacam St. Thomas Aquinas dan Erasmus. Saat ini diperkirakan terdapat antara
1,5 s.d. 2,1 milyar pemeluk agama Kristen di seluruh dunia.[7]
Islam
memiliki nilai-nilai dan norma agama yang banyak mempengaruhi kebudayaan Timur
Tengah dan Afrika Utara, dan sebagian wilayah Asia
Tenggara. Saat ini terdapat lebih dari 1,5 milyar pemeluk agama Islam di
dunia.
Agama dan filosofi seringkali saling terkait satu sama lain pada
kebudayaan Asia . Agama dan filosofi di Asia
kebanyakan berasal dari India
dan China , dan menyebar di
sepanjang benua Asia melalui difusi kebudayaan
dan migrasi.
Hinduisme
adalah sumber dari Buddhisme, cabang Mahāyāna yang
menyebar di sepanjang utara dan timur India sampai Tibet, China,
Mongolia, Jepang dan Korea dan China selatan sampai Vietnam. Theravāda
Buddhisme menyebar di sekitar Asia
Tenggara, termasuk Sri Lanka, bagian barat laut China, Kamboja, Laos,
Myanmar, dan Thailand.
Agama Hindu
dari India,
mengajarkan pentingnya elemen nonmateri sementara sebuah pemikiran India
lainnya, Carvaka, menekankan untuk mencari
kenikmatan di dunia.
Konghucu dan Taoisme, dua filosofi yang berasal dari Cina, mempengaruhi baik
religi, seni, politik, maupun tradisi filosofi di seluruh Asia .
Pada abad ke-20, di kedua negara berpenduduk paling padat se-Asia,
dua aliran filosofi politik tercipta. Mahatma
Gandhi memberikan pengertian baru tentang Ahimsa, inti dari
kepercayaan Hindu maupun Jaina, dan memberikan definisi baru tentang konsep
antikekerasan dan antiperang. Pada periode yang sama, filosofi komunisme Mao Zedong
menjadi sistem kepercayaan sekuler yang sangat kuat di China .
2.
Agama Tradisional
Agama tradisional, atau kadang-kadang disebut sebagai "agama
nenek moyang", dianut oleh sebagian suku pedalaman di Asia, Afrika, dan Amerika.
Pengaruh bereka cukup besar; mungkin bisa dianggap telah menyerap kedalam
kebudayaan atau bahkan menjadi agama negara, seperti misalnya agama Shinto. Seperti
kebanyakan agama lainnya, agama tradisional menjawab kebutuhan rohani manusia
akan ketentraman hati di saat bermasalah, tertimpa musibah, tertimpa musibah
dan menyediakan ritual yang ditujukan untuk kebahagiaan manusia itu sendiri.
American Dream"
American Dream, atau
"mimpi orang Amerika" dalam bahasa Indonesia , adalah sebuah
kepercayaan, yang dipercayai oleh banyak orang di Amerika
Serikat. Mereka percaya, melalui kerja keras, pengorbanan, dan kebulatan
tekad, tanpa memedulikan status sosial, seseorang
dapat mendapatkan kehidupan yang lebih baik. [9] Gagasan ini
berakar dari sebuah keyakinan bahwa Amerika Serikat adalah sebuah "kota di atas bukit"
(atau city upon a hill"), "cahaya untuk negara-negara" ("a
light unto the nations"),[10] yang memiliki
nilai dan kekayaan yang telah ada sejak kedatangan para penjelajah Eropa sampai
generasi berikutnya.
f.
Sistem Pernikahan
Agama sering kali mempengaruhi pernikahan dan perilaku seksual.
Kebanyakan gereja Kristen memberikan pemberkatan kepada pasangan yang menikah;
gereja biasanya memasukkan acara pengucapan janji pernikahan di hadapan tamu,
sebagai bukti bahwa komunitas tersebut menerima pernikahan mereka. Umat Kristen
juga melihat hubungan antara Yesus Kristus dengan gerejanya. Gereja Katolik Roma mempercayai bahwa sebuah
perceraian adalah salah, dan orang yang bercerai tidak dapat dinikahkan kembali
di gereja. Sementara Agama Islam memandang pernikahan sebagai suatu kewajiban.
Islam menganjurkan untuk tidak melakukan perceraian, namun memperbolehkannya.
g.
Sistem Ilmu dan Pengetahuan
Secara sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui
manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan. Pengetahuan
dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia. Mereka memperoleh pengetahuan melalui
pengalaman, intuisi, wahyu, dan berpikir menurut logika, atau
percobaan-percobaan yang bersifat empiris (trial and error).
Sistem pengetahuan
tersebut dikelompokkan menjadi:
- pengetahuan tentang alam
- pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan
dan hewan di
sekitarnya
- pengetahuan tentang tubuh manusia,
pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku sesama manusia
- pengetahuan tentang ruang dan waktu
2.5
Perubahan Sosial Budaya
Perubahan sosial budaya dapat terjadi bila sebuah kebudayaan
melakukan kontak dengan kebudayaan asing.
Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur
sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya
merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat.
Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu
ingin mengadakan perubahan. Hirschman
mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari
perubahan.
1.
tekanan kerja dalam masyarakat
2.
keefektifan komunikasi
3.
perubahan lingkungan alam.
Perubahan budaya juga dapat timbul akibat timbulnya perubahan
lingkungan masyarakat, penemuan baru, dan kontak dengan kebudayaan lain.
Sebagai contoh, berakhirnya zaman es berujung pada ditemukannya sistem pertanian,
dan kemudian memancing inovasi-inovasi baru lainnya dalam kebudayaan.
a.
Penetrasi Kebudayaan
Yang
dimaksud dengan penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu kebudayaan
ke kebudayaan lainnya. Penetrasi kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara:
1.
Penetrasi damai (penetration
pasifique)
Masuknya sebuah kebudayaan dengan
jalan damai. Misalnya, masuknya pengaruh kebudayaan Hindu dan Islam ke Indonesia [rujukan?]. Penerimaan kedua macam
kebudayaan tersebut tidak mengakibatkan konflik, tetapi memperkaya khasanah
budaya masyarakat setempat. Pengaruh kedua kebudayaan ini pun tidak
mengakibatkan hilangnya unsur-unsur asli budaya masyarakat.
Penyebaran kebudayaan secara damai
akan menghasilkan Akulturasi, Asimilasi, atau Sintesis. Akulturasi
adalah bersatunya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa
menghilangkan unsur kebudayaan asli. Contohnya, bentuk bangunan Candi Borobudur
yang merupakan perpaduan antara kebudayaan asli Indonesia
dan kebudayaan India .
Asimilasi adalah bercampurnya dua kebudayaan
sehingga membentuk kebudayaan baru. Sedangkan Sintesis adalah
bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya sebuah kebudayaan
baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan asli.
2.
Penetrasi kekerasan (penetration
violante)
Masuknya sebuah kebudayaan dengan
cara memaksa dan merusak. Contohnya, masuknya kebudayaan Barat
ke Indonesia
pada zaman penjajahan disertai dengan kekerasan sehingga menimbulkan
goncangan-goncangan yang merusak keseimbangan dalam masyarakat[rujukan?]. Wujud budaya dunia barat
antara lain adalah budaya dari Belanda yang menjajah selama 350 tahun lamanya.
Budaya warisan Belanda masih melekat di Indonesia
antara lain pada sistem pemerintahan Indonesia .
2.6
Cara Pandang Terhadap Kebudayaan
a.
Kebudayaan Sebagai Peradaban
Saat ini, kebanyakan orang memahami gagasan "budaya" yang
dikembangkan di Eropa
pada abad ke-18 dan awal abad ke-19. Gagasan tentang "budaya" ini
merefleksikan adanya ketidakseimbangan antara kekuatan Eropa dan kekuatan
daerah-daerah yang dijajahnya. Mereka menganggap 'kebudayaan' sebagai "peradaban"
sebagai lawan kata dari "alam". Menurut cara pikir ini, kebudayaan satu dengan
kebudayaan lain dapat diperbandingkan; salah satu kebudayaan pasti lebih tinggi
dari kebudayaan lainnya.
Pada prakteknya, kata kebudayaan merujuk pada benda-benda dan
aktivitas yang "elit"
seperti misalnya memakai baju yang berkelas, fine art, atau
mendengarkan musik klasik, sementara kata berkebudayaan
digunakan untuk menggambarkan orang yang mengetahui, dan mengambil bagian, dari
aktivitas-aktivitas di atas. Sebagai contoh, jika seseorang berpendendapat
bahwa musik klasik adalah musik yang "berkelas", elit, dan bercita
rasa seni, sementara musik tradisional dianggap sebagai musik yang kampungan dan
ketinggalan zaman, maka timbul anggapan bahwa ia adalah orang yang sudah
"berkebudayaan".
Orang yang menggunakan kata "kebudayaan" dengan cara ini
tidak percaya ada kebudayaan lain yang eksis; mereka percaya bahwa kebudayaan
hanya ada satu dan menjadi tolak ukur norma dan nilai di seluruh dunia. Menurut
cara pandang ini, seseorang yang memiliki kebiasaan yang berbeda dengan mereka
yang "berkebudayaan" disebut sebagai orang yang "tidak
berkebudayaan"; bukan sebagai orang "dari kebudayaan yang lain."
Orang yang "tidak berkebudayaan" dikatakan lebih "alam,"
dan para pengamat seringkali mempertahankan elemen dari kebudayaan tingkat
tinggi (high culture) untuk menekan pemikiran "manusia alami" (human
nature)
Sejak abad ke-18, beberapa kritik sosial telah menerima adanya
perbedaan antara berkebudayaan dan tidak berkebudayaan, tetapi perbandingan itu
-berkebudayaan dan tidak berkebudayaan- dapat menekan interpretasi perbaikan
dan interpretasi pengalaman sebagai perkembangan yang merusak dan "tidak
alami" yang mengaburkan dan menyimpangkan sifat dasar manusia. Dalam hal
ini, musik tradisional (yang diciptakan oleh
masyarakat kelas pekerja) dianggap mengekspresikan "jalan hidup yang
alami" (natural way of life), dan musik klasik sebagai suatu
kemunduran dan kemerosotan.
Saat ini kebanyak ilmuwan sosial menolak untuk memperbandingkan
antara kebudayaan dengan alam dan konsep monadik yang pernah berlaku.
Mereka menganggap bahwa kebudayaan yang sebelumnya dianggap "tidak
elit" dan "kebudayaan elit" adalah sama - masing-masing
masyarakat memiliki kebudayaan yang tidak dapat diperbandingkan. Pengamat
sosial membedakan beberapa kebudayaan sebagai kultur populer (popular
culture) atau pop kultur, yang berarti barang atau aktivitas yang
diproduksi dan dikonsumsi oleh banyak orang.
b.
Kebudayaan sebagai "Sudut
Pandang Umum"
Selama Era Romantis, para cendekiawan di Jerman, khususnya
mereka yang peduli terhadap gerakan nasionalisme
- seperti misalnya perjuangan nasionalis untuk menyatukan Jerman, dan
perjuangan nasionalis dari etnis minoritas melawan Kekaisaran
Austria-Hongaria - mengembangkan sebuah gagasan kebudayaan dalam
"sudut pandang umum". Pemikiran ini menganggap suatu budaya
dengan budaya lainnya memiliki perbedaan dan kekhasan masing-masing. Karenanya,
budaya tidak dapat diperbandingkan. Meskipun begitu, gagasan ini masih mengakui
adanya pemisahan antara "berkebudayaan" dengan "tidak
berkebudayaan" atau kebudayaan "primitif."
Pada akhir abad ke-19, para ahli antropologi
telah memakai kata kebudayaan dengan definisi yang lebih luas. Bertolak
dari teori evolusi,
mereka mengasumsikan bahwa setiap manusia tumbuh dan berevolusi bersama, dan
dari evolusi itulah tercipta kebudayaan.
Pada tahun 50-an, subkebudayaan
- kelompok dengan perilaku yang sedikit berbeda dari kebudayaan induknya -
mulai dijadikan subyek penelitian oleh para ahli sosiologi.
Pada abad ini pula, terjadi popularisasi ide kebudayaan perusahaan
- perbedaan dan bakat dalam konteks pekerja organisasi
atau tempat bekerja.
c.
Kebudayaan sebagai Mekanisme
Stabilisasi
Teori-teori yang ada saat ini menganggap bahwa (suatu) kebudayaan
adalah sebuah produk dari stabilisasi yang melekat dalam tekanan evolusi
menuju kebersamaan dan kesadaran bersama dalam suatu masyarakat, atau biasa
disebut dengan tribalisme.
d.
Kebudayaan Diantara Masyarakat
Sebuah kebudayaan besar biasanya memiliki sub-kebudayaan
(atau biasa disebut sub-kultur), yaitu sebuah kebudayaan yang memiliki
sedikit perbedaan dalam hal perilaku dan kepercayaan dari kebudayaan induknya.
Munculnya sub-kultur disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya karena perbedaan
umur, ras, etnisitas,
kelas,
aesthetik, agama, pekerjaan,
pandangan politik
dan gender,
·
Monokulturalisme:
Pemerintah mengusahakan terjadinya asimilasi kebudayaan sehingga masyarakat yang
berbeda kebudayaan menjadi satu dan saling bekerja sama.
·
Leitkultur (kebudayaan inti):
Sebuah model yang dikembangkan oleh Bassam Tibi di Jerman. Dalam
Leitkultur, kelompok minoritas dapat menjaga dan mengembangkan kebudayaannya
sendiri, tanpa bertentangan dengan kebudayaan induk yang ada dalam masyarakat
asli.
·
Melting Pot: Kebudayaan
imigran/asing berbaur dan bergabung dengan kebudayaan asli tanpa campur tangan
pemerintah.Multikulturalisme: Sebuah kebijakan yang
mengharuskan imigran dan kelompok minoritas untuk menjaga kebudayaan mereka
masing-masing dan berinteraksi secara damai dengan kebudayaan induk.
e.
Kebudayaan Menurut Wilayah
Seiring dengan kemajuan teknologi dan informasi, hubungan dan saling
keterkaitan kebudayaan-kebudayaan di dunia saat ini sangat tinggi. Selain
kemajuan teknologi dan informasi, hal tersebut juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, migrasi, dan agama.
1.
Afrika
Beberapa kebudayaan di benua Afrika terbentuk melalui penjajahan
Eropa, seperti kebudayaan Sub-Sahara. Sementara itu, wilayah Afrika Utara lebih
banyak terpengaruh oleh kebudayaan Arab dan Islam.
2.
Amerika
Kebudayaan di benua Amerika
dipengaruhi oleh suku-suku Asli benua Amerika; orang-orang dari Afrika
(terutama di Amerika Serikat), dan para imigran Eropa terutama Spanyol, Inggris, Perancis, Portugis, Jerman, dan Belanda.
Asia
memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda satu sama lain, meskipun begitu,
beberapa dari kebudayaan tersebut memiliki pengaruh yang menonjol terhadap
kebudayaan lain, seperti misalnya pengaruh kebudayaan Tiongkok kepada
kebudayaan Jepang,
Korea, dan Vietnam. Dalam
bidang agama, agama Budha
dan Taoisme
banyak mempengaruhi kebudayaan di Asia Timur. Selain kedua Agama tersebut, norma dan nilai
Agama Islam juga
turut mempengaruhi kebudayaan terutama di wilayah Asia
Selatan dan tenggara.
Kebanyakan budaya di Australia
masa kini berakar dari kebudayaan Eropa dan Amerika. Kebudayaan Eropa dan Amerika tersebut
kemudian dikembangkan dan disesuaikan dengan lingkungan benua Australia,
serta diintegrasikan dengan kebudayaan penduduk asli benua Australia , Aborigin.
Eropa
Kebudayaan Eropa banyak terpengaruh oleh kebudayaan negara-negara
yang pernah dijajahnya. Kebudayaan ini dikenal juga dengan sebutan "kebudayaan
barat". Kebudayaan ini telah diserap oleh banyak kebudayaan, hal ini
terbukti dengan banyaknya pengguna bahasa Inggris dan bahasa Eropa lainnya di
seluruh dunia. Selain dipengaruhi oleh kebudayaan negara yang pernah dijajah,
kebudayaan ini juga dipengaruhi oleh kebudayaan Yunani kuno, Romawi kuno, dan
agama Kristen, meskipun kepercayaan akan agama banyak mengalami kemunduran
beberapa tahun ini.
Timur Tengah dan Afrika Utara
Kebudayaan didaerah Timur
Tengah dan Afrika Utara saat ini kebanyakan sangat dipengaruhi
oleh nilai dan norma agama Islam, meskipun tidak hanya agama Islam yang berkembang di
daerah ini.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari berbagai pembahasan tersebut, dapat
diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi
tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam
pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat
abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan
oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda
yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup,
organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk
membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi penulis
umumnya bagi semua para pembaca, kritik yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan sekali guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan
datang,
DAFTAR PUSAKA
Deddy Mulyana dan Jalaluddin
Rakhmat. Komunikasi Antarbudaya:Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang
Berbeda Budaya. 2006. Bandung :Remaja
Rosdakarya.hal.25
Reese, W.L. 1980. Dictionary of
Philosophy and Religion: Eastern and Western Thought, p. 488.
Dari bahasa Arab,
artinya: "agama langit"; karena dianggap diturunkan dari
langit berupa wahyu.
No comments:
Post a Comment