BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan
merupakan hal yang
sangat urgen dan tidak bisa lepas dari kehidupan. Dengan pendidikan akan
membantu manusia untuk menyingkapkan dan menemui rahasia alam, mengembangkan
fitrah manusia yang merupakan potensi untuk berkembang. Pendidikan itu untuk
membentuk kepribadian dan memahami ilmu pengetahuan. Manusia sangat
membutuh-kan pendidikan, mulai dari dilahirkan ia sudah membutuhkan
bantuan. Bantuan itulah awal dari kegiatan pendidikan. Lain halnya dengan
binatang, binatang “mendidik” anaknya secara instingyang mana kepandaiannya
sudah ada pada binatang dan sifatnya tetap.
Manusia adalah makhluk yang lebih tinggi dari binatang,
manusia adalah makhluk yang berbudi, berpikir. Dengan adanya budi dan pikiran,
manusia dapat menimbang-nimbang mana yang akan dilakukan dan mana yang tidak.
Ia lebih baik bebas dalam melakukannya, tetapi pertangungjawabannya lebih besar
pula. Sedangkan pada binatang tidak demikian. Perbuatan binatang terikat oleh
alam.
A. RUMUSAN MASALAH
•
Mengapa
manusia harus dididik/mendidik?
•
Mengapa
manusia dapat dididik/mendidik?
•
Bagaimana
pandangan Islam terhadap pendidikan dan manusia?
B. TUJUAN MASALAH
•
Untuk
mengetahui keharusan pendidikan.
•
Untuk mengetahui
kemungkinan pendidikan
•
Untuk
mengetahui batas-batas kemungkinan pendidikan
•
Untuk
mengetahui pandangan Islam terhadap pendidikan dan manusia.
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
Pandangan pendidikan tentang manusia sebagai animal education adalah pandangan
pendidikan tentang hakikat manusia sebgai makhluk yang secara biologis, fisik
tidak jauh beda dengan hewan, tetapi tidak membedakan dirinya dengan hewan,
tetapi dapat membedakan dirinya dengan hewan dengan usaha yang bersifat pendidikan.
Pandangan lain tentang animal education mengandung makna bahwa manusia
merupakan makhluk yang perlu dididik.
Berdasarakan pandangan tersebut, manusia akan berasumsi pada
ketentuan-ketentuan:
A. Keharusan Pendidikan
Anak didik
adalah anak
atau orang yang belum dewasa atau belum memperoleh kedewasaan atau seseorang
yang masih menjadi tanggung jawab seseorang pendidik tertentu. Anak didik
adalah anak yang memiliki sifat ketergantungan kepada pendidiknya untuk dapat
menyelenggarakan dan melanjutkan hidupnya secara jasmani maupun rohani.
Manusia
adalah subjek pendidikan sekaligus objek pendidikan. Sebagai subjek pendidikan,
manusia (dewasa) bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pendidikan secara
moral, berkewajiban atas perkembangan pribadi anak-anak mereka.
Sebagai
objek pendidikan, manusia (anak) merupakan sasaran pembinaan dalam melaksanakan
pendidikan yang pada hakikatnya ia memiliki pribadi yang sama seperti manusia
dewasa namun karena kodratnya belum.
Dalam
realita sekarang ini banyak anak didik yang moralnya buruk, seperti tawuran,
memakai narkoba, dll. Untuk itu pendidikan agama harus ditingkatkan, baik itu
di keluarga, sekolah, maupun lingkungan masyarakat. Dengan ditanamkannya ajaran
tentang agama sejak dini sehingga anak didik akan dapat membedakan antara yang
baik dan yang buruk. Betapa pentingnya pendidikan agama bagi warga negara
Indonesia, terbukti dari peraturan pemerintah yang mengharuskan pendidikan
agama diberikan sejak anak itu bersekolah di TK sampai perguruan tinggi.
Ada
beberapa alasan yang menjadi dasar mengapa manusia harus dididik dan memperoleh
pendidikan, yaitu :
1. Manusia dilahirkan dalam keadaan
tidak berdaya
2. Manusia lahir tidak langsung dewasa,
untuk sampai pada kedewasaan yang merupakan tujuan khusus memerlukan waktu yang
lama.
3. Manusia pada hakikatnya adalah
makhluk sosial, ia tidak akan berperilaku manusia seandainya tidak hidup
bersama manusia lainnya.
Dari
asmusi-asumsi tersebut maka dapat diketahui bahwa manusia merupakan makhluk
yang harus dididik dan mendidik. Pendidikan akan dapat membantu manusia untuk
merealisasikan dirinya, memanusiakan manusia.
B. Kemungkinan Pendidikan
Manusia dengan hewan memilki
persamaan dalam struktur fisik dan perlakuan secara fisik. Perilaku hewan
seluruhnya didasakrkan atas insting, begitu pula prinsipnya, manusia memiliki
perilaku yang didasarkan atas insting. Insting pada hewan berlaku selama
hidupnya, sedangakan pada manusia peranan insting akan diganti oleh kemampuan
akal budinya yang sama sekali tidak dimiliki oleh hewan. Pendidikan merupakan
kegiatan antar manusia, oleh manusia dan untuk manusia. Pembicaraan tentang
pendidikan tidak bermakna apa-apa tanpa membicarakan manusia.
Pendidikan hanya akan menyentuh
manusiawi dan yang memiliki ciri-ciri sebgai berikut:
1. Manusia dapat untuk menguasai hawa
nafsunya.
2. Manusia memiliki kesadaran
intelektual dan seni. Manusia dapat mengembangkan teknologi sehingga menjadikan ia sebagai
makhluk berbudaya.
3. Manusia memilki kesadaran diri.
4. Manusia adalah makhluk sosial, ia
membutuhkan orang lain untuk hidup.
5. Manusia memiliki bahasa, simbolis
baik secara tertulis maupun lisan
6. Manusia dapat menyadari nilai-nilai
(etika maupun estetika). Manusia memilki hati nurani.
7. Manusia dapat berkomunikasi dengan
Tuhan YME sebagai.
Ciri-ciri
tersebut sama sekali tidak dimiliki oleh hewan. Dengan ciri-ciri itulah manusia
dapat dididik dan dapat memperbaiki perilakunya. Hanya manusialah yang dapat
didik dan memungkinkan dapat menerima pendidikan.
Diantara
situasi pendidikan dengan instring terdapat perbedaan. Pertama-tama, pada
tindakan insting tidak terdapat pengertian tentang tujuan akhir dari tindakan
itu.
Disinilah
terlihat ciri kedua ciri yang pertama dari tindakan instingtif ialah tindakan
itu dilakukan sekaligus tidak sesudah dipelajari beberapa percobaan; tindakan
itu tidak dipelajari dan tidak berdasarkan pengalaman dari tindakan insting :
tindakan itu otomatis dan tidak bebas.
C. Batas-Batas Kemungkinan
Dalam
menentukan batas-batas pendidikan, manusia akan menemui beberapa pertanyaan
tentang kapan pendidikan dimulai dan bilamana pendidikan berakhir.
Dalam
sebuah hadits disebutkan “Carilah ilmu daria buaian sampai lliang lahat”
Dan
juga pernah kita temukan satu istilah dalam bahasa Inggris yang berbunyi “long live education” yang artinya
pendidikan seumur hidup.
Dari
pernyataan-pernyataan tersebut tergambarkan jelas bahwa pendidikan akan dimulai
segera setelah anak lahir dan akan terus berlangsung sampai meninggal dunia.
Sepanjang ia mampu menerima pengaruh. Oleh karena itu pendidikan akan
berlangsung seumur hidup.
Namun
dalam mengalami proses pendidikan, manusia akan mendapat pendidikan, dimana
akan terdapat pembatasan nyata dari proses pendidikan dalam jangka waktu
tertentu.
1. Memulai Pendidikan
Pedidikan
dimulai dengan pemeliharaan yang akan merupakan persiapan kearah pendidikan
nyata yaitu pada minggu dan bulan pertama anak dilahirkan. Sedangkan pendidikan
yang sebelumnya baru saja terjadi kemudian. Pendidkan dalam bentuk pemeliharaan
adalah bersifat murni, sebab pada pendidikan murni di perlukan adanya kesadaran
mental pada si terdidik. Dari segi psikologis usia 3-4 tahun dikenal sebagai masa
berkembang atau masa
krisis. Dari segi pendidikan justru pada masa itu terbuka peluang
ketidakpatuhan yang sekaligus landasan untuk menegakkan kepatuhan yang
sesungguhnya. Disini pulalah mulai terbuka penyelenggarakan pendidikan, artinya
sentuhan-sentuhan pendidikan untuk menumbuhkembangkan motivasi anak dalam perilakunya
kearah tujuan pendidikan.
2. Akhir Pendidikan
Sebagaimana
sulitnya menetapkan kapan sesunggunya pendidikan anak berlangsung pertama
kalinya, begitu pulalah sulitnya menentukan kapan pendidikan berlangsung untuk
terakhir kalinya. Titik akhir bersifat prinsipel dan tercapai bila seseorang
manusia muda itu dapat berdiri sendiri dan secara mantap mengembangkan serta
melaksanakan rencana sesuai dengan pandangan hidupnya, pada kondisi yang
disebutkan diatas pendidikan sudah tidak menjadi masalah lagi, ia telah dapat
mendidik dirinya sendiri tetapi tidaklah dapat disangkal bahwa mungkin juga
diperlukan untuk tetap menerima ajaran dalam bidang-bidang tertentu dalam
memajukan kehidupannya. Bantuan pendidikan yang demikian itu disebut
pembentukan manusia dewasa. Adapun secara umum yang disebut manusia dewasa
yaitu :
a.
Manusia
mandiri, dapat hidup sendiri, mengambil keputusan sendiri tanpa menggantungan
diri pada orang lain
b. Manusia yang bertanggung jawab,
yaitu manusia yang dapat mempertanggung jawabkan segala perbuatannya
c.
Manusia
yang telah mampu memahami norma-norma serta moral dalam kehidupan dan sekaligus
memiliki kesanggupan untuk melaksanakan norma dan norma tersebut.
D. Pandangan Islam
1. Pandangan Islam terhadap pendidikan
Agama Islam mempunyai misi untuk
memberikan rahmat kepada makhluk sekalian alam agar mereka memperoleh
kebahagiaan dunia
akhirat. Ayat Al-Quran menyatakan yang artinya “Dan tidaklah kami
mengutusmu melainkan memberi rahmat untuk semesta alam”
Ini mengandung pengertian tentang
hakikat misi Islam tersebut, sebagai pembawa misi, Islam menunjukkan
implikasi-implikasi pendidikan yang bergaya imeperatif, motivatif dan
persesuasive.
Adapun beberapa prinsip yang
mendasari pandangan tersebut adalah yaitu:
a.
Nilai yang
mendasari pandangan tersebut yaitu muslim, baru dapat terserap bilamana
ditumbuhkembangkan melalui proses pendidikan yang baik.
b. Tujuan hidup muslim memperoleh
kebahagiaan dunia akhirat bisa disadari dan dihayati bila dibina melalui proses
pendidikan yang berkesinambungan.
c.
Posisi dan
fungsi manusia sebagai hamba Allah dapat dipahami dan dihayati bila ditanamkan
kesadaran tentang perlunya orientasi berhubungan dengan Tuhan, masyarakat dan
alam sekitar serta dengan dirinya sendiri
d. Kelengkapan dasar yang diberikan
dalam diri manusia berupa fithrah. yang tidak mungkin berkembang bila tidak
didukug proses pendidikan optimal.
e. Secara universal, membudayakan
manusia melalui agama tanpa melalui proses kependidikan akan sulit
direalisasikan karena pendidikan adalah sarana membudayakan manusia.
Inilah
esensi dari implikasi Islam yang menitikberatkan pada proses pendidikan manusia
dalam rangka konservasi dan transformasi serta internalisasi nilai-nilai dalam
kehidupan seperti yang dikehendaki oleh agama Islam, agar mereka tetap berada
dalam Islam sampai meninggal dunia.
Dalam
hubungannya dengan pendidikan Islam akan kita lihat 3 titik :
1.
Manusia
sebagai Makhluk yang mulia.
2.
Manusia
sebagai Khalifah Allah di bumi.
3.
Manusia
sebagai Makhluk paedagogik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
uraian diatas dapat diambil kesimpulan Sebagai berikut:
a.
Pandangan
pendidikan tentang manusia sebagai animal education adalah pandangan pendidikan
tentang hakekat manusia sebagai makhluk yang secara biologis, fisik, tidak jauh
beda dengan hewan, tetapi dapat membedakan dirinya dengan hewan dengan usaha
yang bersifat pendidikan.
b. Alasan yang menjadi dasar mengapa
manusia harus dididik dan memperoleh pendidikan adalah karena manusia
dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya.
c.
Alasan
mengapa manusia dapat dididik karena manusia adalah makhluk sosial.
d. Pendidikan dimulai segera setelah
anak lahir dan akan terus berlangsung sampai meninggal dunia sepanjang ia mampu
menerima pengaruh.
e. Pandangan Islam terhadap pendidikan
yaitu nilai-nilai yang mendasari pandangan tersebut yaitu muslim, baru bisa
ditumbuhkembangkan melalui proses pendidikan yang baik.
f.
Pandangan
pendidikan terhadap manusia yaitu kepercayaan bahwa manusia adalah makhluk
termulia di alam jagat raya ini.
B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak kekurangan dan
kekhilafan. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Gielen,
Prof. J dan Strasser, Prof. S. 1960, Ilmu
Mendidik, Bagian A dan B Dasar-Dasar Pendidikan, diterjemahkan oleh PTPG /
IKIP Sanata Dharma, Yogyakarta.
Panitia
Buku Untuk Pendidikan Guru, 1967; Ilmu
Mendidik, Bandung
: Panitia Buku Untuk Pendidikan Guru.
Purwanto,
ngalim, Drs. M. 1972, Ilmu Pendidik,
Paket Pengajaran Pada Proyek Kerja Sama PT Stanvac-Indonesia , Pendopo,
dengan IKIP Jakarta.
Purwanto,
ngalim, Drs. M. 1984, Psikologi
Pendidikan, Bandung
: Remaja Karya.
No comments:
Post a Comment